Yang Menarik Dari Para Pengguna Media Sosial


Copyright: weheartit


Coba sekarang buka ponsel kalian, lalu hitung ada berapa akun media sosial yang kalian miliki? Gue baru aja melihat isi ponsel gue, dan ternyata gue hanya memiliki 4 akun media sosial aktif, yaitu: twitter, facebook, path, dan instagram.
Sebagai salah satu orang yang termasuk addicted terhadap media sosial, tentunya dulu gue punya lengkap sampai ke snap chat, dan tumblr–mengikuti tren–yang akhirnya gue tinggalkan karena emang gak perlu. 

Bisa dibilang hampir seluruh hidup gue, gue habiskan di internet. Bukan, bukan berarti gue enggak punya teman bermain, justru sebagai seorang extrovert, gue sangat suka beraktivitas di luar dan bertemu orang banyak, dari pada sekedar duduk-duduk di kamar. Tetapi selain itu, gue juga punya hobi sampingan yaitu menyelam di media sosial, dan mengamati karakter orang-orang yang ada di sana.

Ada banyak orang di media sosial yang terlihat sarkas, sok jagoan, dan sejenisnya, tetapi di dunia nyata dia merupakan seseorang yang sangat pendiam. Bahkan sebagian lagi kalau ketemu orang lain maunya sih pura-pura mati. Selain itu ada juga yang di media sosial terlihat kalem, sok imut, dan sejenisnya, tetapi di dunia nyata dia petakilan alias gak bisa diem. 

Hal tersebut wajar-wajar aja menurut gue, karena mereka sedang berada di comfort place mereka, di mana enggak banyak orang di media sosial tersebut tau tentang karakter mereka yang sebenarnya, sehingga mereka bisa dengan bebas membuat image baik atau sebaliknya.


Sedangkan gue?


Kalian enggak akan menemukan perbedaan apapun dari gue di media sosial maupun aslinya. Karena sungguh, gue enggak cuma suka nyinyir di media sosial, tetapi juga di dunia nyata. Gue termasuk tipikal yang suka komplain, dan suka komentar akan ini-itu di sepanjang perjalanan. Karena kalau gue diem, artinya gue lagi marah. 

Tapi satu hal, nyinyir-nya gue sepenuhnya tentang kehidupan pribadi gue, dan juga tanggapan ketika gue enggak setuju sama suatu hal, atau kebijakan tertentu. Enggak, gue gak pernah nyinyirin rumah tangga orang sih ya, mau artis atau bukan. Soalnya enggak penting. Kalo gak percaya, ajakin ngopi aja dulu.


Facebook

Gue pernah cerita di sini kalau dulu gue punya media sosial hanya sekedar iseng dan ikut-ikutan. Enggak semua media sosial yang gue punya itu aktif. contohnya, facebook. Gue punya facebook hanya sekedar untuk up-date informasi seputar kampus, dan pengumuman tugas-tugas dadakan yang sering dikasih dosen. Selain itu juga banyak temen-temen lama gue  serta keluarga besar yang cuma pakai akun media sosial tersebut. Selain itu? Gak ada yang menarik. 

Facebook enggak menarik lagi bagi gue. Entah karena jumlah teman gue di facebook yang sedikit, atau karena gue emang enggak sepemikiran sama para pengguna media sosial bikinan Mark Zuckerberg tersebut. Gue bukan tipikal orang yang gampang percaya dengan berita hoax, sedangkan banyak pengguna facebook yang suka like dan ketik 1 untuk melihat apa yang terjadi. 

Gue juga pernah lihat ada yang nulis status dengan foto bencana alam, atau foto nenek-nenek tua, atau sejenisnya yang bikin sedih, lalu di akhir caption ada tulisan: Like, coment dan share postingan ini, supaya anda masuk surga.


 

halo?



fungsinya apa yaaa?!!




Dan bagian yang paling menyedihkan adalah…


Ternyata yang share, like, dan komentar, bisa ratusan ribu orang. 
 
YAKALEEEE

Gue mau nangis.  

Indonesia ternyata memang belum merdeka, gaes. Buktinya tuh, masih bisa digoblok-goblokin sama status facebook. Padahal sudah jelas, kalo mau masuk surga itu ya ibadah. Huft. *selonjoran*
 

Path dan Instagram

Selain facebook, juga ada Path dan Instagram. Path dan Instagram bisa dibilang akun media sosial yang sempurna untuk pamer soal gaya hidup. Gue sempat aktif di path sekitar dua tahun, dan memutuskan untuk buka sekali-sekali karena bosan sama isinya yang gitu-gitu aja. 

Menurut gue, path itu enggak terlalu up-to-date tentang info-info atau isu-isu terkini yang ada di jagad raya. Kalau untuk urusan akun media sosial paling informatif, gue menempatkan twitter pada urutan pertama. Sedangkan path, lebih suka gue manfaatkan sebagai kapsul waktu. Iya, kapsul waktu. 

Gue bukan tipikal orang yang sengaja nongkrong di tempat-tempat keren cuma untuk bisa check-in di path, dan membiarkan orang-orang berasumsi bahwa hidup gue bahagia, gaul, tajir, dan punya banyak teman. Enggak. Gue akan update path jika gue menemukan sebuah momen. Terutama momen yang enggak akan terulang kedua kali, sehingga ketika gue scrolling timeline sendiri, gue akan mengingat semua momen-momen tersebut. Entah itu sedih, senang, capek, atau mengecewakan. Gue akan mengingat semuanya. Berbeda denga orang-orang lain yang rela nongkrong, jalan-jalan, ngabisin uang hanya untuk check-in di media sosial. 

Yah, kecuali dibayarin sih. 

Sedangkan instagram lebih suka gue manfaatkan untuk liat-liat video tutorial make-up maupun masak-memasak. Gue enggak pernah tertarik untuk follow selebgram semacam awkarin, tetapi ada salah satu selebgram cantik yang kayak malaikat, yang udah gue follow dari jaman dia SMA, dan sekarang doi udah kuliah di ITB, yaitu Nabila Gardena. 

yang jelas lebih baik daripada awkarin, dek.


Twitter

Nah! Ini dia media sosial yang bisa membuat gue betah berlama-lama membukanya. Salah satu alasan gue masih main twitter sampai sekarang adalah karena berita di twitter itu sangat informatif dan infonya cepat. Gue yakin, anak-anak tahun 2000an pasti jarang banget yang tertarik dengan twitter. Yah selain karena isinya para dedengkot, anak-anak twitter juga hobinya twitwar. 

Gue pernah tuh twitwar sama Uni Fahira Idris (anggota dewan DKI). Waktu itu gue dan kak Ika Natassa, terlibat twitwar sama doi dan berakhir dengan gue yang di-block doi. Percayalah, ketika gue di-block, gue merasa ada kepuasan tersendiri. :’) 

Gue masih memilih twitter, karena bakat tubir alias ribut-ribut gue bisa tersalurkan dengan baik di twitter. Selain itu anak-anak twitter juga kompak! Pernah tuh si @makmummasjid tweetnya dijadiin konten sama Ria Ricis di instagramnya, lalu anak-anak twitter berbondong-bondong ngomentarin segala macam di postingan tersebut, dan waktu itu gue ngakak sampai nangis, saking ada-ada aja kelakuan mereka. 

Lalu, satu lagi. Masih ingat soal kasus Ibu Saeni, pemilik warteg yang dirazia karena buka di bulan puasa? 



Nah waktu itu ada beberapa orang yang mengunggah video saat bu Saeni dirazia. Kebanyakan anak-anak twitter memang memiliki pemikiran terbuka, maka beberapa selebtweet waktu itu memutuskan untuk membantu beliau dengan cara menggalang dana. Hal ini ternyata menjadi viral, dan bantuan yang didapatkan ternyata nominalnya di luar dugaan! Tapi ya, tetep aja ujung-ujungnya para sukarelawan ini dianggap buzzer politik oleh sebagian orang (sebut saja bigot), yang berasumsi bahwa semuanya pura-pura, dan Bu Saeni itu akting. 

Orang mau berbuat baik memang ada aja ya halangannya. :))

Share:

2 komentar