Ayah dan Kopi
Copyright: weheartit |
Seperti manusia
lainnya, ayah juga memiliki sesuatu yang disukainya, yaitu kopi. Setiap pagi
sebelum ayah berangkat kerja, mama selalu menyediakan secangkir kopi untuk
ayah. Secangkir kopi itu biasa dinikmati ayah dengan satu atau dua potong kue
bolu sambil membaca koran. Ayah baru akan memulai aktivitasnya jika sudah
menyesap kopinya sampai habis.
Lucunya,
kelima anak ayah tidak ada yang memiliki kebiasaan yang sama dengan beliau. Kami
semua lebih mengikuti kebiasaan mama yang selalu minum air putih. Minum teh
saja jarang, kacuali saat-saat tertentu. Bukan karena teh barang yang mewah,
tetapi mama bilang air putih itu jauh lebih sehat daripada minuman apapun.
Kecintaan ayah
terhadap kopi baru kusadari akhir-akhir ini. Ketika aku mengingat masa lalu, di
mana ayah lebih suka jika dirinya disebut petani daripada seorang insinyur.
Kedekatannya
dengan para petani membuat ayah ikut hidup sederhana. Kami pun diajari demikian. Kami selalu hidup
berkecukupan, tapi tak pernah berlebihan. Beliau sangat memanjakan kami, tapi
tak pernah lupa untuk mengajarkan kami mandiri.
Kepergiannya dua belas tahun lalu
memukul kami semua, terutama aku. Di usiaku sekarang, aku ingin bisa menikmati
secangkir kopi bersamanya. Di teras depan rumah, sambil berbincang-bincang,
seperti yang dulu pernah kami lakukan. Jika dulu aku menyesap kopi dari
cangkirnya, maka kali ini aku ingin menyesap kopi dari cangkirku sendiri.
Aku ingin
mendiskusikan banyak hal dengannya. Tentang kuliah, pekerjaan, politik, bahkan
calon pasangan hidupku, agar ia bisa beristirahat sejenak karena menjagaku. Walaupun
kenyataannya aku tak berhasil mewujudkan impian terakhirnya, yaitu melihatku
menikah.
0 komentar