Mudahnya Mengurus ASKES dan BPJS



Sekitar dua minggu yang lalu saya sempat tiba-tiba jatuh sakit, setelah sekian tahun merantau dan belum pernah sakit sama sekali sebelumnya. Penyakit yang datang tidak pernah tanpa sebab. Setahun terakhir pola makan saya memang berantakan, dan sama berantakannya dengan pola tidur saya. Saya pernah menyinggung sedikit di tulisan-tulisan sebelumnya, kalau saya sempat mengalami insomnia parah di mana saya bisa benar-benar nggak tidur sama sekali sampai pagi, atau terkadang sampai sore.

Kebetulan, saya kalau sudah sibuk sama kerjaan juga bisa nggak makan seharian. Alhasil saya baru makan saat malam, di mana menu makanan kesukaan saya itu makanan yang panas dan pedas. Perut saya yang hanya terisi camilan jadinya harus bekerja ekstra karena ulah saya tersebut. Setelah makan malam itu, perut saya pun menjadi perih dan terasa tidak nyaman. Saya pergi tidur dengan kondisi tersebut, dan sampai keesokan harinya rasanya masih benar-benar tidak enak, bahkan semakin parah. Saya segera pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, dan benar saja, saya terkena maag. 

Selang beberapa hari kemudian, sekitar pukul dua pagi, perut saya kembali sakit. Namun kali ini saya yakin, kalau nyeri yang saya rasakan kali ini berbeda dengan rasa nyeri saat saya maag kemarin. Saya sempat pergi untuk buang air kecil berharap sakit yang saya rasakan berkurang. Namun sayangnya, rasa sakit itu terus bertambah hingga saya benar-benar tidak tahan. 

Saya segera memberi tahu mas pacar untuk diantar ke rumah sakit tempat saya kemarin. Saya segera masuk ke ruang IGD, sementara mas pacar mengurus admnistrasi dan segala macamnya. Rasa sakit itu pun semakin luar biasa, sampai-sampai saya tidak bisa menangis saking sakitnya. Saya bahkan sampai tidak bisa berbaring, duduk, ataupun berdiri. Rasanya waktu itu saya cuma mau teriak-teriak aja, padahal dokter sudah memberikan saya berbagai macam obat. Saya juga sampai diinfus dan diberikan oksigen yang katanya bisa meredakan nyeri, namun rasa sakitnya sama sekali tidak berkurang. 

Sampai pagi saya masih merasakan nyeri yang luar biasa itu. dokter sampai tidak mau memberikan saya obat yang lain lagi karena tubuh saya sudah disuntikkan berbagai macam obat anti nyeri termasuk obar nyeri untuk orang yang baru selesai operasi. Saya pun akhirnya hanya bisa merintih kesakitan, sampai akhirnya ketiduran. Puji syukur, rasa sakit itu pun akhirnya mereda. 

Saya melakukan rawat inap di rumah sakit sekitar dua hari. Yang namanya rawat inap di rumah sakit tentu menghabiskan biaya yang cukup mahal, apalagi saya waktu itu tidak memiliki kartu BPJS. Wait, BPJS? Saya pun ingat kalau saya memiliki kartu ASKES, tapi saya lupa meletakkannya di mana. Memang saya agak sembrono, karena selama ini saya memang nggak pernah sakit, jadi saya sering mengabaikan kartu ASKES saya, sampai akhirya kartunya benar-benar hilang. 

Setelah keluar dari rumah sakit, saya berpikiran untuk mengurus kartu ASKES saya yang hilang. Sayang kan kalau gaji orangtua saya selama ini dipotong untuk ASKES namun tidak pernah dipakai? Tentu saja sebelum pergi mengurus ASKES, saya sempat browsing untuk mencari tau dokumen apa saja yang diperlukan supaya nanti nggak perlu bolak-balik lagi. 

Awalnya saya pikir, mengurus ASKES/BPJS itu rumit harus ini itu tapi setelah mengalaminya sendiri, ternyata mengurus ASKES/BPJS itu mudah. Apalagi untuk kasus yang seperti saya: Saya kehilangan kartu ASKES, dan ingin beralih ke BPJS, tetapi usia saya sudah melebihi 21 tahun di mana saya bukan lagi tanggungan orangtua saya yang PNS. Nah loh. Bingung kan?

Saya butuh waktu semalaman untuk membaca postingan teman-teman yang sebelumnya sudah pernah mengurus kartu ASKES/BPJS, namun di antara mereka belum ada yang kasusnya seperti saya.
Saya pun mempersiapkan dokumen apa saya yang harus saya bawa, yaitu:


Surat keterangan kehilangan dari Kepolisian
Fotokopi KTP – 4
Fotokopi Kartu Keluarga –4
Pas Foto 3x4 - 1
Materai 6000 - 1
Fotokopi Rekening Tabungan BNI/BRI/BTN (untuk kelas 1 dan 2)

Pagi harinya, saya segera pergi ke kantor polisi untuk membuat surat keterangan kehilangan dari kepolisan. Sebenarnya ini optional, kamu bisa membuat berita kehilangan di kantor BPJS dengan menggunakan materai 6000. Namun karena saya ragu, dan males ribet, saya memutuskan untuk membuat berita kehilangan. Setelah selesai, saya langsung berangkat ke kantor BPJS, yang ternyata benar-benar jauh dari kosan. Sampai sana sudah pukul 10 pagi, dan saya harus menunggu antrean terlebih dahulu. 

Saya sempat berbincang-bincang dengan seorang Ibu yang juga sedang mengurus kartu BPJS untuk anaknya. Kasusnya sih beliau minta dipindah alihkan dari dokter keluarga ke faskes terdekat. Beliau bilang pelayanan di dokter keluarga itu begitu seadanya. Anaknya yang terkena demam berdarah hanya diberikan fasilitas obat yang seadanya dan rawat jalan, dan juga tidak diberikan surat rujukan sama sekali ke rumah sakit terdekat. Padahal DBD merupakan penyakit yang cukup berbahaya, tapi si dokter malah anteng-anteng aja. Duh!

Setelah mendengar cerita si Ibu, saya segera teringat dokter keluarga ASKES di rumah. Pernah saya mengantar mama ke dokter keluarga ASKES tersebut, dan pelayanannya memang jelek. Saya jadi curiga, apa semua dokter keluarga layanan ASKES begitu ya? Ntahlah. 

Setelah hampir tiga jam menunggu, akhirnya nomor antrean saya pun dipanggil. Belum sempat menjelaskan, mbaknya sudah mengerti kalau saya kehilangan kartu. Namun saya segera menjelaskan kronologi sebenarnya, kalau saya yang tadinya pemegang kartu ASKES mau ganti ke BPJS, dan juga mau lepas dari tanggungan orangtua alias bayar sendiri. 

Mbak Costumer Service ini pun menjelaskan kalau saya masih bisa ditanggung oleh orangtua jikalau saya menyertakan surat keterangan dari kampus. Sial! Saya nggak mau ke kampus selain karena jauh, juga nanti malah disuruh bimbingan sama dosen. Padahal saya nggak bilang kalau saya masih kuliah, tapi mbak CS tau dari jaket yang saya pakai. 

Karena sempat ada drama ngeyel-ngeyelan antara saya yang mau upgrade jadi BPJS mandiri (bayar sendiri), dan mbak CS yang bilang saya masih bisa ditanggung orangtua, akhirnya saya pun diarahkan untuk menemui mbak Yeni, yang kantornya berada di seberang kantor BPJS untuk menyelesaikan masalah saya tersebut. 

Saya pun segera menemui mbak yeni dan mengutarakan maksud dan tujuan saya. Saya juga membawa kartu anggota yang baru, yang sebelumnya sudah dicetak oleh Costumer Service, namun belum bisa dipakai karena status saya masih ngambang.
Mbak Yeni membolehkan saya untuk bisa bayar sendiri kartu BPJS saya, dengan cara mendaftar ulang. Saya pun segera melakukan registrasi ulang dengan mengisi formulir yang disediakan juga menyertakan 1 fotokopi KTP, 1 fotokopi KK, dan 1 pasfoto dan 1 fotokopi rekening bank (untuk kelas 3 tidak diperlukan rekening tabungan).

Setelah selesai melakukan registrasi ulang, saya segera pulang dan tinggal menunggu SMS konfirmasi untuk pembayaran aktivasi kartu. Karena saya sudah terdaftar sebagai anggota sebelumnya dan sudah memiliki kartu, maka saya nggak perlu repot balik lagi untuk mencetak kartu. Setelah bayar tagihan nomor akun virtual, saya sudah bisa langsung menikmati layanan BPJS. 

Demikian cerita pengalaman saya soal mengurus kartu ASKES yang hilang menjadi kartu BPJS, serta pindah dari tanggungan orangtua ke mandiri. Semoga bisa membantu kamu yang sedang bingung ataupun malas mengurus karena takut ribet. Tenang aja, mengurus BPJS itu mudah kok! Silakan tinggalkan komentar di bawah, jika kamu punya pertanyaan.



Salam, 


Share:

0 komentar