Weekly Diary: Cantik Itu Gak Harus Kurus
an ilustration of mind |
Sesuai
dengan janji saya pada postingan terakhir, saya janji mau bikin sub tema yang
berisi tulisan-tulisan yang akan membahas suatu topik, dan akan diposting seminggu
sekali. Motivasinya sih supaya lebih rajin nulis, dan jadi punya tanggung jawab
untuk lebih ngurusin blog ini, alias nggak ilang-ilangan dan juga nggak ngeblog
seenak udel kayak yang dulu-dulu. Hahaha!
Saya pun
memutuskan untuk memberi sebutan pada sub tema saya ini yaitu: Weekly Diary,
dan akan diposting setiap hari minggu. Kenapa setiap hari minggu? Ya, nggak ada
alasan sih. Kali aja tulisan-tulisan saya nanti bisa menyemangati kalian para
pembaca, dan siapa tau akan membuat hari senin kalian lebih semangat dan
berwarna. Kebetulan karena hari ini hari minggu, jadi saya memutuskan untuk
membuat postingan Weekly Diary yang pertama. Jadi, mari kita mulai!
@TheAshleyGraham |
Apakah kamu
termasuk orang yang memiliki ukuran tubuh di atas rata-rata? Apakah kamu merasa
sulit menemukan baju yang pas? Kalaupun kamu menemukan ukuran baju yang pas,
apakah model bajunya gitu-gitu aja? dan kalaupun ketemu baju yang modelnya lucu, apa kamu malu untuk memakainya? Kalau iya, artinya kita sama.
Sehingga
untuk orang-orang yang memiliki tubuh plus size dan dengan warna kulit yang
gelap, serta rambut keriting itu jauh dari kata cantik.
Jika ada
seorang wanita yang bertubuh kurus, tinggi, rambut lurus, namun memiliki warna
kulit yang lebih gelap, pasti ada saja orang yang memanggilnya dengan sebutan “item”.
Kalau orang itu bertubuh kurus, tinggi, dengan warna kulit yang cerah, namun
memiliki rambut keriting, pasti ada saja yang memanggilnya dengan sebutan “kiting”. Begitu juga untuk perempuan yang berbadan
lebih gemuk, atau yang bertubuh pendek. Seolah olok-olokan itu tak ada
habisnya, padahal bisa saja olokan itu membuat orang-orang dengan ketidak
sempurnaan ini frustasi. Nggak usah jauh-jauh, saya contohnya.
Saya pernah
nulis alasan kenapa saya nggak suka belanja online, salah satunya karena saya susah sekali menemukan ukuran
saya. Saya sempat frustasi karena memiliki tubuh plus size di mana saya nggak
cuma ukuran badannya aja yang di atas rata-rata, tetapi juga tinggi badan saya.
dan tentunya hal ini terjadi karena faktor genetik.
Teman-teman
SMA saya sempat nggak percaya kalau saya sekeluarga memiliki ukuran tubuh di
atas rata-rata. Sampai suatu ketika, saat keluarga saya kumpul lebaran, dan
mereka bertamu ke rumah, mereka pun kaget! Hahaha! Mereka nggak nyangka kalau
kakak-kakak saya juga punya ukuran tubuh di atas rata-rata. Padahal yang mereka
lihat baru kakak-kakak saya lho, belum sekeluarga besar yang juga memiliki
postur yang sama.
Keluarga dari
pihak ayah memang memiliki postur yang tinggi besar. Di keluarga kecil kami,
saya anak mama yang paling pendek dengan tinggi badan 175cm. Iya, itu saya
pendek. Jangan tanya tinggi badan kakak-kakak saya berapa. Lalu selain tinggi,
saya juga memiliki ukuran tubuh yang gendut,
atau lebih halusnya.. plus size. Percayalah, ini juga faktor genetik, karen
kami baru akan kurus setelah dewasa atau bahkan sesudah menikah. Aneh kan?
Waktu masa
sekolah pun saya nggak luput dari ejekan dan olokan orang yang bilang kalau
saya gendut. Sampai-sampai saya sudah melakukan diet sejak kelas 5 SD. Kamu boleh
percaya, boleh nggak.
Sebelum ramai-ramai
dengan diet mayo dan clean food, saya sudah merasakan duluan. Di mana saya
makan nasi ditimbang, atau diganti dengan nasi merah. Juga nggak boleh makan
gorengan, nggak boleh minum es, harus makan sayur, dan juga sarapan dengan
oatmeal yang rasanya ewh! Juga minum susu diet. Olahraga? Jangan ditanya! Seminggu
dua kali saya lari pagi sama mama dengan jarak bisa sampai 4 kilometer. Apa saya
jadi kurus? Nggak! Nggak ada perubahan sama sekali. Dan semua itu saya mulai
sejak kelas 5 SD.
Selain itu
saya juga ikut kegiatan ekstra kulikuler super padat. Waktu SMP, saya aktif di
organisasi Palang Merah Remaja bagian diriin tenda! Biar apa? Biar bisa bakar
kalori lebih. Hasilnya? Nggak, saya nggak kurus juga. Padahal diriin tenda itu
sulit dan berat, apalagi anak perempuan. Mau segede apapun badannya, tenaganya
terbatas. Dan masih banyak hal lain lagi yang saya lakukan demi mendapatkan predikat
cantik yang sesuai dengan kriteria mereka itu.
Tapi, apa
orang-orang itu tau penderitaan saya? Nggak! Mereka tetap saja cuek melakukan
kekerasan verbal (mengolok-olok) seolah itu merupakan hal wajar. Ada banyak hal
yang lebih-lebih lagi yang telah saya lakukan demi bisa mendapatkan predikat
cantik standar mereka itu. Namun sekarang saya lebih memilih untuk mencintai
tubuh saya sendiri.
Saya bahkan
sampai muak jika bertemu seseorang lalu orang itu bilang “kamu pinter, manis,
tinggi, coba deh kurusan dikit”, serius, saya muak. Bahkan yang paling bikin
sedih kalau kalimat itu dilontarkan oleh orang-orang terdekat. Untungnya sih
hati saya sekuat baja, jadi perkataan itu cuma angin lalu aja. Tapi bagaimana
dengan orang yang memiliki hati sensitif? Nggak tau deh, perkataan tadi bisa
menghasilkan output seperti apa.
Lalu,
bagaimana caranya bisa mulai mencintai diri sendiri?
Saya memulainya
dengan tidak memikirkan perkataan orang lain. Mereka tentu boleh berkomentar,
tapi saya memiliki hak dan kendali penuh akan tubuh saya sendiri. Yang jelas, saya
nggak mau lagi menyiksa tubuh saya gara-gara perkataan orang lain. Saya memakan makanan yang saya suka, juga memakai pakaian yang saya suka tanpa mempedulikan apa kata mereka. Saya yakin, kamu juga pasti yang lebih tau apa-apa saja yang baik dan pantas bagi tubuhmu, bukan mereka.
Lagi pula, cantik itu milik semua orang. Cantik nggak pernah terpatok sama ukuran badan, warna kulit, jenis rambut, maupun agama. Hahaha!
Contohnya Ashley
Graham.
@TheAshleyGraham |
Ashley
Graham merupakan salah satu model yang saya kagumi. Dengan tubuh plus size-nya
dia berhasil memecahkan stigma kalau cantik itu bukan hanya untuk orang-orang yang
bertubuh lansing. Nyatanya, pemilik curve-body ini pun nggak kalah seksinya
dengan para model Victoria Secret! Ashley juga menjadi icon model lingerie dan
swimsuit miliknya untuk orang-orang yang memiliki tubuh plus size seperti
dirinya.
Selain
Ashley Graham, masih banyak perempuan-perempuan lain di luar sana yang juga
cantik tanpa patokan “dia harus kurus”. Ingat ya, cantik itu milik semua orang,
tanpa terkecuali. Jadi, nggak ada alasan lagi untuk minder atau krisis kepercayaan diri hanya karena kamu memiliki bentuk tubuh plus size.
Don't scared to be beauty, you so beautiful just the way you are!
Salam,
2 komentar
hehehe....meski badan sy tidak over size..tp termasuk tidak proposional saya bahagia membaca tulisan ini
BalasHapusAw! Glad to know that! :')
Hapus